Showing posts with label jalan-jalan. Show all posts
Showing posts with label jalan-jalan. Show all posts

Wednesday, March 11, 2009

Oslo Opera House

Seperti muncul dari lautan di pusat kota Oslo, gedung opera yang baru, dengan disain dari marmer merupakan batu permata arsitektur yang futuristik. Norway memiliki landmark baru. Gedung Opera baru di Bjørvika, yang selesai dibangun pada April 2008, dirancang oleh kantor arsitektur Norwegia Snøhetta, yang juga merancang perpustakaan di Alexandria dan Kedutaan Besar Norwegia di Berlin.

Dengan permukaan dari marmer dan muka bangunan yang dibangun dari kaca memperindah panel energi matahari, gedung opera ini menyerupai gunung es di laut.



Empat lapangan bola dan 1.100 ruangan

Gedung Opera ini merupakan proyek bangunan budaya terbesar di Norway dalam sejarah. Diperlukan waktu lima tahun untuk menyelesaikan bangunan megah dari marmer di pinggir fjord di Bjørvika, Oslo.


Besar ruangan yang menjadi dasar bangunan ini setara dengan ukuran internasional empat lapangan sepak bola, yang mencapai 38.000 meter persegi. Bangunan ini dibagi menjadi tiga area utama dengan 1.100 ruangan.


Minimalis yang mengagumkan

Foyer (jalan masuk) utama Opera merupakan ruangan terbuka yang luas dengan dekorasi minimalis, menggunakan bahan sederhana seperti batu, beton, kaca dan kayu. Foyer ini menampilkan berbagai kondisi pencahayaan yang berbeda dan pemandangan dari lingkungan sekitar. Ruangan ini juga menyediakan tempat duduk, café, bar, restoran dan ruangan tempat menyimpan jaket.


Auditorium Klasik

Auditorium utama berbentuk tapal kuda yang terdiri dari beberapa tingkat, dengan atap tinggi yang sengaja dirancang untuk menghasilkan suara akustik yang maksimal. Ruangan ini juga menampilkan disain sederhana karena bahan yang digunakan. Kontras dengan foyer yang dipenuhi cahaya natural, auditorium utama didekorasi menggunakan kayu oak yang diproses menggunakan ammonia.


Kecanggihan teknologi


Auditorium utama, yang merupakan salah satu ruangan di dunia dengan teknologi tercanggih, menawarkan fleksibilitas scenographic yang tinggi. Panggungnya berukuran ribuan meter persegi, dan disamping panggung utama dan panggung berputar, terdapat dua panggung tambahan, ruangan belakang panggung dan sisi ruang belakang panggung. Sebagian dari panggung tersebut terletak 16 meter di bawah permukaan laut. Auditorium ini memiliki kapasitas duduk sebanyak 1.350.

Sydney Opera House


Gedung yang terkenal dengan atap tiga kulit kerang terbuka menghadap ke laut dan dua atap kulit kerang menghadap ke belakang ini, merupakan karya brilian arsitek Denmark, Joern Utzon. Bukan saja tampilan luarnya yang unik (seperti yang tampak di foto), tapi juga bangunan dalamnya yang spektakuler.

Bangunan yang lebih besar merupakan Concert Hall, sedangkan kembarannya yang lebih kecil merupakan Opera Theater. Dari pintu masuk Concert Hall yang merupakan bagian kulit kerang yang menghadap ke belakang, atap Sydney Opera House ternyata berupa beton dengan lengkung sedemikian rupa hingga ke bawah menyerupai tuts papan piano yang mengagumkan.

Di dalam Concert Hall utama, efek lengkung nan tinggi yang dipadukan dengan interior serba kayu keras sejenis damar Australia itu dapat menghasilkan suara akustik alami. Suara sang pemandu dengan kekuatan sedang saja sudah dapat terdengar ke seluruh ruangan yang memiliki daya tampung sekitar 2.700 kursi.

Untuk mempercantik permainan simfoni, di bagian atas pemain dipasang akrilik bundar yang memantulkan alat musik pemain orkestra. Yang kian memesona, Concert Hall utama itu berlatar belakang orgel raksasa dengan tiga pipa terbesar di dunia di kiri-kanan yang mencapai lebih dari sembilan meter dan ruang bagian dalamnya 80 meter. Di sekeliling panggung, terdapat kursi paduan suara yang dapat mencapai 600 orang. Bila tidak terpakai untuk paduan suara, kursi ini akan diisi penonton dengan karcis yang paling murah. Itu pun masih AU$ 50 (sekitar Rp 350.000).

Di sekeliling Concert Hall terdapat beranda utara dan barat yang langsung menghadap ke laut dengan panorama cantik diiringi kapal yang berlalu lalang untuk sandar di Circular Quay. Concert Hall, Opera Theater, dan satu atap kulit kerang mungil untuk rumah makan selesai dibuat tahun 1973 dengan menelan biaya tidak kurang dari AU$ 100 juta. Maklum, keramik penutup atap kulit kerang itu saja diimpor dengan jumlah 1.056.006 keping.

I Love Travelling!

Hayooo siapa yang suka jalan-jalan??
Aq sukaaa bangeed... Apalagi kalo jalan-jalannya sambil makan!! Hehhee..

O iya,
Waktu aq lagi browsing objek-objek wisata gitu tanpa disengaja aq menemukan website yang sepertinya lumayan bagus buat diliat-liat..
Yaa sekedar cari-cari info tentang jalan-jalan kan lumayan.. hoho..

Coba di klik aja travelfolio

Disini kita bisa nemuin info-info menarik yang patut diketahui oleh para penggila travelling. Seperti misalnya artikel tentang Hari Raya ImLek.

Chinese New Year rice cake - “Nian gao” (年糕) sounds like “年高”, which literally means “increasingly prosperous year in year out”.



How about some chocolates wrapped in Euro dollars? Or playing cards with chocolates?




Red symbolizes good fortune. There is an ancient Chinese legend about a man-eating beast called “Nian” which is a predatory creature. To scare off Nian, people covered their homes with the color red and filled the air with loud noises, ie. fire crackers.


Gedung Esplanade


Singapura - Decak kagum biasanya akan keluar begitu melongok gedung Esplanande di Singapura. Gedung teater dengan dua kubah berdesain duri menyerupai kulit durian, menghadap teluk dan menjadi landmark baru Singapura.

Saking mengagumkannya, Esplanade diprediksi bakal menggeser kepopuleran patung Merlion, patung singa putih yang selalu memuntahkan air dan hanya dipisahkan puluhan langkah dari Esplanade.

Namun, selain kemegahan, ada hal lain yang cukup menarik mengenai Esplanade. Esplanade menjadi penting dan revolusioner karena memecah tatanan baku arsitektur Singapura yang monoton dan membosankan.

"Begitu Anda menginjakan kaki di Singapura, yang anda lihat adalah garis dan melulu garis. Selalu begitu dan sangat membosankan. Esplanade berusaha membantah arus utama itu," kata Edgar (45), turis asal Inggris di area Esplanade Singapura.

Begitu tiba di Bandara Changi, desain garis selalu mendominasi. Garis lurus mendominasi kereta bawah tanah, monorel, gedung-gedung, jalan, ataupun lorong-lorong bawah tanah yang saling menghubungkan bagian penting di negara kota itu. Bahkan di banyak tempat, konsep minimalis sangat digandrungi, kalau tidak bisa dibilang digilai.

"Kota ini seperti buntu dalam soal ide, meski begitu tanggap soal teknologi. Terlalu terpatok pada arus utama (mainstream)," tambah Edgar yang mengaku seorang arsitek itu.

Menurutnya, hanya sedikit gedung di negara kota itu yang masih menyisakan kesegaran yakni arsitektur lengkung peninggalan Eropa. Konsep lengkung untuk kubah, pintu maupun jendela itu seperti gedung yang dijadikan Hotel Fullerton, gedung bergaya Eropa abad 19. Hotel Fullerton bahkan berani beradu muka dengan gedung jangkung MayBank yang sangat modern.


Sumber: detiknews.com

Monday, March 9, 2009

Berpetualang ke BUPERTA Cibubur

Malam yang dingin, Mama dan Babe ngajak aqu dan juga de Rosa ke Buperta Cibubur.. Konon disana ada acara PERSAMI getoo.. Ya ya, de Diva yang punya acara itu! Owh, maksudqu de Diva ikud acara PERSAMI yang konon juga diadakan oleh sekolahnya, SD Angkasa IX Jakarta. Oyaa, tau kan PERSAMI itu appah? Perkemahan Sabtu-Minggu.. Wuihh seruu iia kayakna.. [btw, dari tadi aq uda nyebut kata 'konon' nyaris dua kali!! Paan c? Gag jelaz yaak??] Yowess.. Kita lanjutin critanyaa..

Dari rumah aq berangkat sekitar jam 9-an, Babe yang uda yakin banged tau arah jalannya.. eeh ternyata pas uda keluar Tol dya malah bingung harus pilih jalan mana?? Haiyyaa.. aq juga otomatis jd ikutan bingung kaan! Di dlm mobil yg tadinya sunyi terjadilah sebuah percakapan..
Babe: "iki piye ndalane? Menggok ngendi?" (pake nada marah yg tiba-tiba!) ==translate: ini gimana jalannya?Belok mana?==
Aqu: "Nah,ktny Babe tau!Gimana c?Aqu gag apal,kayakna c belok kiri pas ada Mc D.." (dlm hati berkata:tapi kok jln ke kirinya kayak ditutup gituu.. *bingung*)
Babe: "takon, takon! ceppeeet!" ==tanya, tanya! ceppeeet!==
Aqu: "iy,iya, sabar donk!" *ngeri* (aqu turun nanya sama Mas-mas di depan warteg,Mas2 itu ngjelasinnya ribet bangedd.. tp untungnya aqu ngerti!)
Babe: "Piye jarene?" (pake nada tinggi) ==gimana katanya?==
Aqu: "Begini katanya..."(aqu ngejelasin ke Babe persis seperti yg Mas2 td bilang)
Babe: "Piye sih kareppe??" (masih dengan nada yang menanjak!) ==gimana c maksudnya??==
Aqu: "Muter balik terus belok kiri terus ambil jalur kanan terus belok kanan" (huuh.. kenapa aqu c yg diomelin??hebohh bener pula!)
Babe: "ooh.. iki toh kareppe..." (mulai menurun nadanya)
Aqu: *Fiuhh*

Akhirnya ketemu jg tuh pintu gerbang sialan! gara2 dya aqu jadi diomel2in.. huffh.. sebel! Uda gitu mahal pula bayar karcis masuknyaa.. Untung de Rosa uda aqu suruh nungging di belakang (karena dihitung perorangan) terus aqu melotot2 aja ke arah Mas-mas yang lagi ngitung.. eeh dya jd takut (mungkin) terus yg dihitung cuma Mama dan Babe.
Rp.6.000,-/orang X 2 = Rp.12.000,-
Rp.8000,-/mobil = Rp.8.000,-
Jadi, total bayar Rp.20.000,-

hueekk najong! mahal amat!

---------
Menyusuri jalan berliku yg teramat gelap! Menuju bumi perkemahan tempat dmn de Diva berada. Berbekal info dari tukang parkir tadi kita terus menyusuri jalan itu.. Lurus mentok - belok kiri mentok - belok kanan - lurus aja deeh.. Gitu kata Mas-mas yg tadi di depan pintu masuk.

Hoaah.. ketemu jg akhirnya, mobil diparkir di samping pendopo. Banyak banged ternyata orang tua yang juga nonton acara PERSAMI. Huahaa aqu sama de Rosa plus Mama juga langsung menyusur ke arah tenda..
Aqu: "De Divaaa!" *semangat*
Diva: "Kamu ngapain ke sini?" *manyun*
Aqu: (what?? whaddaya say??) "Heh, orang mah pada seneng dijenguk sama keluarganya! Eeh ini malah manyun-manyun! Gag sopan..."
Rosa: "Tau nih, gimana sih? Yang lain aja pada seneng!" *ikutan manyun*
Mama: "Kamu nanti kalo tidur jangan dipinggir yah! Agak ke tengahan sana, biar gag gatel deket rumput..." (bla bla bla... masih banyak pesen yg lainnyaa)
Diva: "Iya,iya" *masih manyun, plus merengut*
Mama: "Dengerin Mama gag sih?" *merengut juga, owh pake mendelik juga deh!*
Diva: "Iyaaa!! Mama disini sampe jam brapa?"
Mama: "Jam11-an mungkin"
Diva: "Sekarang uda jam11 belom, Ma?"
Mama: *mendelik, heran* "Haaah kamu mau ngusir Mama?"
Diva: "Uda sana pulang aja, Dadaah.." *muka sadis*
Aqu: "Waduuh, ngusir??" *hmmm...*
Rosa: "Ngusir beneran? Idiih.." *ujung bibir terangkat sedikit*

Mama, de Rosa, dan aqu keluar dari tenda sumpek itu. Aqu sama de Rosa foto-foto aja. Yaah itung-itung bikin siluet laah.. Bagus juga kok hasilnyaa.. haha..



Oyaah, waktu Mama mau fotoin aqu dan de Rosa, eeh tiba-tiba dari kejauhan ada sesosok makhluk aneh yg membuat kita bertiga masuk dalam percakapan seruu...
Rosa: "Eh Ma, ada orang gila tuh?" *tatapan ngeri*
Mama: "Mana??" *panik*
Aqu: "Haah, iya serem banged!" *takut*
Rosa: "Ayo cepetan pergi!!"
(Kita bertiga langsung berlari kecil mendekati pohon, berharap bisa lepas dari pengawasan si orang gila! Wuidiih serem amat yaak.. Takut diterkam)
Aqu: "Eeh kayakna..." *sambil terus memperhatikan si orang gila tadi yg lewat di depan kita*
Mama: "Kenapa?"
Aqu: "Hahahaa.. itu mah bukan orang gila! Itu ibu-ibu yg lagi mau ke tenda anaknya sambil bawa makanan di kantong plastik!" *terpingkal-pingkal*
Rosa: *sambil ketawa* "Lagian sih serem dari jauh! Rambut gimbal acak-acakan, celana pendek, terus jalannya nunduk-nunduk kayak mau nyeruduk kita gituu!"
Mama: *ketawa juga* "Beneran bukan orang gila?"
Aqu: *terus ketawa* "Iya, kayakna bawa Hok-Ben deh! Lah berarti emg bukan ORANG GILA!!"
Rosa: "Hahahahaaaa"
Aqu: "Jahat banged ya kita! Ampe ngumpet-ngumpet segala, menyingkir dari dia seakan-akan dia bakal nerkam kita!! Hahhaaa"

Hohoo..
Pesan untuk masyarakat:
**Jangan pernah cepet memutuskan sesuatu sebelum kita melihatnya dengan seksama.
**Jangan pernah menilai orang hanya dari penampilannya saja.
**Jangan pernah tertawa terpingkal-pingkal di atas penderitaan orang lain.
**Jangan pernah menghasut teman untuk menge-judge orang waras yang sama sekali gag gila.

Wednesday, February 18, 2009

Prefektur AKITA, Jepang



Prefektur ini terletak di bagian utara (kawasan Tohoku) dari pulau Honshu (pulau utama Jepang). Nama ibukotanya juga Akita. Alamnya yang indah meliputi pegunungan dengan hutan-hutannya, laut, sumber mata-air panas, seperti pegunungan Shirakami-Sanchi (hutan beech, sebagian merupakan alam warisan dunia), Hachimantai, danau Towada yang jernih airnya, dll.

Kota Kakunodate terkenal dengan distrik-distrik bersuasana masa lalu samurai yang masih terlestari dengan baik. Juga terdapat sejumlah bangunan masa lampau yang terawatt dengan baik seperti Rumah Keluarga Aoyagi (kediaman Odana Naotake, yang membuat ilustrasi pedoman anatomi tubuh manusia yang pertama di Jepang dulu), gedung bata merah, dll. Ibukotanya, yang bernama Akita, merupakan asal dari Festival Kantou yang berlangsung pada bulan Agustus, yaitu musim panas. Festival ini merupakan salah satu festival besar dimana para peserta membawa galah-galah panjang yang digantungi banyak lampion, sebagai pelambang untaian padi. Juga ada Festival Inukko, Namahage Sedo, tarian massal Bon, dll.

Makanan khas daerah ini adalah kerang Iwa, damakomochi (makanan berkuah dengan baso mochi) dan daging ayam hinai yang konon sangat lezat. Prefektur ini dikenal sebagai prefektur dengan konsumsi sake (arak khas Jepang) yang paling tinggi karena merupakan penghasil beberapa merk sake. Anjing ras Akita dipandang sebagai anjing asli asal daerah ini.


Sumber: Aneka Jepang, edisi 323 2008, Perpustakaan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta

Kalo ingin lebih tahu tentang Jepang, klik aja:
http://www.id.emb-japan.go.jp/nihonmatsuri.html

Prefektur FUKUOKA, Jepang


Prefektur yang terletak di pulau Kyushu ini menghadap ke laut pada ketiga sisinya. Prefektur ini mencakup pula beberapa pulau-pulau kecil di sekitarnya. Iklimnya sedang dan tidak keras dengan volume hujan yang memadai. Salju jarang terlihat di kawasan-kawasan perkotaan di musim dingin, sehingga ideal sebagai obyek wisata, hiking dan olahraga air. Kota-kota besar di prefektur ini merupakan pusat-pusat perindustrian utama Jepang, meliputi industri otomotif, semi-konduktor, baja, tekstil, dll. Sedangkan hasil pertambangannya adalah batubara dan batu kapur. Perusahaan-perusahaan besar Jepang yang beroperasi secara global, banyak yang berbasis di Fukuoka, seperti Sony, Toshiba, Hitachi, NEC, Fujitsu, Matsushita Electric, Mitsubishi Electric, Nissan Motor, Toyota Motor, dll. Di prefektur ini berlangsung kerjasama yang sangat baik antara dunia industri kalangan akademis dan pemerintah daerah dalam kegiatan riset.


Akhir-akhir ini kota Fukuoka muncul sebagai titik strategis pertukaran internasional Jepang dengan wilayah Asia lainnya. Kota ini dapat dicapai dengan 6 jam perjalanan dari Tokyo dengan kereta api super-ekspres Shinkansen. Kalau ditanya produk apa yang paling terkenal dari Fukuoka, maka jawabannya pastilah “kain Hakata” dan “boneka Hakata.”

Taman Genkai, Kuil Dazaifu Tenmangu adalah beberapa di antara tempat wisata dan budaya yang indah dan kerap dikunjungi wisatawan. Prefektur Fukuoka kaya akan museum, dan salah satu yang terkenal adalah Museum Seni Budaya Asia di kota Fukuoka dan Museum Nasional Kyushu.



Sumber: Aneka Jepang, edisi 323 2008, Perpustakaan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta


Kyoto's Interesting Places

MARUTSUNE
Menjual berbagai jenis kamboko (boiled fish paste), menawarkan 50 jenis kamboko. Jenis yang paling unik adalah onion-bacon fish paste dan buttered-potato fish paste. Untuk informasi dapat hubungi 075-221-2037.



FUKA
Fu, source of high-quality protein in the Zen Buddhist vegetarian diet. From wheat gluten and glutinous rice flour. Biasanya dikombinasikan dengan berbagai jenis sayuran dan aroma tumbuhan. Bentuknya seperti seasonal shapes, misalnya dibuat dengan bentuk colored maple leaves. Digunakan untuk tambahan sup.
Info: 075-221-4533.


MIKI KEIRAN
The fluffy, savory dashi-maki (Japanese style omelets) are created from fresh organic and an original secret dashi made from rishiri-kombu, dried bonito and handmade soy sauce. Info lebih lanjut: 075-221-1585.

Jejak Abraham Lincoln di Museum David Wills



Rumah David Wills di Gettysburg, Amerika Serikat, secara resmi dibuka untuk umum sebagai museum kelas dunia pada tanggal 13 Februari 2009 lalu. Peresmian itu sekaligus untuk mengenang 200 tahun kelahiran mantan Presiden AS Abraham Lincoln pada 12 Februari 1809. Dengan demikian, Museum David Wills House kini menjadi bagian dari Gettysburg National Military Park.


Museum David Wills sangat menarik karena memiliki nilai historis yang tinggi. Kita bisa memasuki Museum David Wills melalui New York. Museum ini juga pernah menjadi tempat singgah Lincoln sekaligus menjadi pusat pemulihan kota Gettysburg pasca huru-hara selama tiga hari di sana (1-3 Juli 1863) yang menewaskan setidaknya 51 ribu jiwa.


Museum yang sebelumnya dimiliki seorang pengusaha bernama David Wills itu terdiri atas tiga lantai . di lantai dua museum tersebut yang menghadap Gettysburg Town Square, kita bisa melihat meja tempat Lincoln menulis pidato tentang lahirnya kebebasan baru di Gettysburg. Konon pasca pidato itu dibacakan, Kota Gettysburg berubah menjadi symbol kebebasan baru di AS.


Ada tujuh galeri penting yang ada dalam museum tersebut. Masing-masing dibuat untuk menceritakan kronologi kejadian huru-hara di Gettysburg pada tahun 1863 dan mengenang bagaimana keterlibatan Lincoln. Galeri pertama diber nama The Wills Parlor. Disana kita bisa melihat berbagai artefak, foto-foto, dan cerita-cerita tentang Kota Gettysburg. Pengunjung juga bisa menyaksikan sebuah film berdurasi 5 menit bertajuk From Battle Ground to Halloweed Ground. Selain itu, para pengunjung bisa menyaksikan peta sepuluh jalan di Gettysburg yang menopang perdagangan dan perindustrian di Gettysburg.


Galeri kedua adalah galeri David Wills Office. Galeri ini mempresentasikan kembali keadaan kantor David Wills pada masa lampau yang berprofesi sebagai pengacara. Meja, kursi, dan furniture lainnya merupakan barang asli yang tidak berubah sejak 1863. Galeri David Wills Office juga dilengkapi dengan iringan suara (audio) yang mendukung terciptanya suasana masa lampau seperti saat peristiwa huru-hara terjadi. Sementara itu, galeri ketiga adalah Stairway Foyer yang menunjukkan kehidupan di Gettysburg sebelum dan saat perang terjadi. David Wills yang ketika itu diminta pejabat Gubernur Pennsylvania sebagai agen rahasia, mengundang Presiden Lincoln untuk datang ke Gettysburg dan memberi saran serta masukan tentang peristiwa huru-hara yang sedang terjadi di kota itu. Di galeri ketiga ini, pengunjung juga bisa melihat dua surat kabar yang memberitakan bagaimana peristiwa berdarah itu terjadi.


Pada galeri keempat yang bernama Lincoln Parlor, para pengunjung bisa menyaksikan secara langsung tempat Presiden Lincoln menulis naskah pidato dan merevisinya di rumah David Wills. Sedangkan pada galeri kelima, Lincoln’s bedroom, pengunjung bisa menyaksikan tempat tidur Presiden Lincoln saat ia harus bermalam di Gettysburg. Tempat tidur itu merupakan tempat tidur asli yang tidak pernah direparasi sebelumnya.


Pada dua galeri terakhir, yaitu The Legacy of the Address dan The Will House Through Time berisi tentang film dokumenter 10 menit tentang Kota Gettysburg sendiri dan kehidupan keluarga David Wills. Sebuah patung Abraham Lincoln juga dibuat di halaman museum tersebut.






Sumber: Media Indonesia, hal.17, Jumat 13 Februari 2009