Showing posts with label indonesia. Show all posts
Showing posts with label indonesia. Show all posts

Wednesday, February 18, 2009

Pohon-Pohon itu Sewaktu-waktu dapat Roboh


Pada bulan Februari 2009 ini terdapat beberapa kasus pohon tumbang. Tiga mobil ringsek tertimpa pohon di depan Polres Jakarta Timur, Jatinegara. Lalu di jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, pohon besar juga tumbang ke bagian jalan yang banyak dilewati kendaraan umum maupun pribadi. Rapuhnya pohon yang sewaktu-waktu melukai pengguna jalan sudah masuk dalam catatan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Dari 70 pohon tumbang sejak awal tahun ini, 27 diantaranya adalah pohon angsana.


Kebijakan silam

Pohon angsana (Pterocarpus indicus) mulai ditanam di wilayah DKI Jakarta saat almarhum Ali Sadikin menjabat gubernur pada era 1970-an. Penanaman itu dikehendaki Bang Ali agar Jakarta ijo royo-royo alias menjadi kota yang hijau. Beliau memilih angsana karena tanaman itu cepat tumbuh dan tahan penyakit. Angsana juga ideal menyerap karbon dioksida (CO2) sekaligus mengeluarkan oksigen (O2).

Namun agar keinginan Bang Ali cepat terwujud, penanaman angsana dilakukan secara stek dan cangkok. Tindakan itu jelas sangat merugikan di kemudian hari lantaran pohon yang tumbuh secara stek dan cangkok kokoh karena akar-akarnya tidak mencengkeram tanah dengan kuat. Pohon-pohon yang ditanam kala itu bertujuan menghijaukan Jakarta dengan cepat. Seharusnya langkah itu ditindaklanjuti dengan penanaman beragam pohon lainnya sedari biji. Pohon-pohon itu, antara lain trembesi (Pithecolobium saman), mahoni (Swiefenio macrophylia), tanjung (Mimusops elengi), asam (Tamarindus indica), keben (Baringtonia asiatica), pepagan trengguli (Cassia fistula), dan pule (Apocynaceae alstonia).

Adapun angsana alias sono kembang sejatinya sangat dianjurkan asal ditanam mulai dari biji. Maka dari itu dapat kita yakini kelemahan pohon angsana warisan 1970-an itu. Pohon-pohon jenis itu sebagian besar terdapat di wilayah Jakarta Selatan, seperti ruas Jalan Pangeran Antasari dan Jalan TB Simatupang. Kemudian kawasan Cipete, Kebayoran Baru, Tanah Kusir, dan Pondok Indah. Di Jakarta Timur, daerah rawan berada di sekitar Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jalan Basuki Rahmat, dan kawasan Kelapa Gading.

Hingga saat ini diperkirakan 40% - 45% dari seluruh pohon di DKI Jakarta berjenis angsana. Fakta itu diperparah banyaknya akar yang terpotong akibat pembangunan saluran air, penanaman kabel, konstruksi gedung, serta pembangunan trotoar. Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta akan mengganti pohon angsana secara teratur. Tetapi penggantian pohon angsana tidak dapat menyeluruh. Mereka sudah mengganti pohon-pohon angsana di Jalan Sudirman dan ruas jalan dekat TVRI dengan pohon trembesi. Mereka juga telah mempersiapkan penggantian pohon di Jalan Pangeran Antasari.

Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta tidak menyebutkan sampai kapan pohon-pohon angsana rapuh akan diganti seluruhnya. Hingga saat itu tiba, sepertinya warga kota Jakarta harus terus bersabar dan waspada.




Sumber: Media Indonesia, hal.6, Jumat 13 Februari 2009


Friday, October 24, 2008

574 -> angka keramat??

Pada tau kan, pesawat Adam Air DHI 574 Jurusan Surabaya-Manado yang pernah jatuh Majene - Sulawesi Barat pada 1 Januari 2007 lalu? Dan kabarnya pun masih misterius sampai saat ini. Denger-denger nih, katanya sih nomor penerbangan 574 itu ada arti filosofisnya lho!













Coba perhatikan, angka 5, 7, dan 4 dalam bahasa Mandarin dibaca:
5 : wu
7 : qi
4 : si


Nah, kata orang RRC kata “wu – qi – si” itu sama/mirip dengan kata:
Wu -> wo (artinya: saya)
Qi -> qu (artinya: pergi)
Si -> si (artinya: mati)
Kata qi dan qu dalam pengucapannya hampir sama. Lalu si mempunyai dua arti, si (angka 4) dan si (mati). Maka, jika kita rangkai ketiga kata tersebut, menjadi “saya – pergi – mati”.

Wah, wah, serem banget yah. Ternyata dibalik nomoe penerbangan 574 itu ada arti lain. Yaah, boleh percaya atau tidak, itu terserah kalian. Gimana??